Jumat, 26 November 2010

SUMBER BELAJAR DAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI KOMPONEN SISTEM PENGAJARAN

SUMBER BELAJAR DAN PERPUSTAKAAN

SEBAGAI KOMPONEN SISTEM PENGAJARAN



I. PENDAHULUAN

Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar memiliki peran sangat penting dalam proses belajar mengajar. Salah satu fungsi perpustakaan adalah bertujuan untuk memotivasi para siswa agar lebih giat membaca. Membaca merupakan modal utama bagi mahasiswa untuk mencapai kemajuan akademik dan perpustakaan menjadi sarana yang paling vital dalam hal ini.

Pada dasarnya sumber belajar yang dipakai dalam pendidikan atau latihan adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan/situasi yang dikumpulkan secara sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa belajar secara individual. Sumber belajar seperti inilah yang disebut media pendidikan/media instruksional.



II. RUMUSAN MASALAH

A. Sumber belajar sebagai sistem pengajaran

B. Komponen dan faktor dalam sumber belajar

C. Pengertian perpustakaan, peranan dan fungsinya

D. Perpustakaan sebagai proses belajar mengajar dan pendidikan

E. Kendala-kendala dalam pengelolaan perpustakaan



III. PEMBAHASAN

A. Sumber Belajar sebagai Sistem Pengajaran

Belajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.



Sumber belajar dalam pengertian sempit adalah, misalnya, buku-buku atau bahan-bahan tercetak lainnya. Pengertian itu masih banyak dipakai dewasa ini oleh sebagian guru. Misalnya, dalam program pengajaran yang biasa disusun oleh para guru terdapat komponen sumber belajar, dan pada umumnya akan diisi dengan buku teks atau buku wajib yang dianjurkan. Pengertian sumber belajar tersebut sama sempitnya bila diartikan sebagai semua sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan secara auditif maupun visual saja, misalnya OHP, slides, video, film, dan perangkat keras (hardware) lainnya. Pengertian yang lebih luas tentang sumber belajar diberikan oleh Edgar Dale yang menyatakan bahwa pengalaman itu adalah sumber belajar.

Sumber belajar dalam pengertian tersebut menjadi sangat luas maknanya, seluas hidup itu sendiri, karena segala sesuatu yang dialami dianggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman yang menyebabkan belajar. Belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya.

Edgar Dale berpendapat bahwa pengalaman yang dapat memberikan sumber belajar diklasifikasikan menurut jenjang tertentu, berbentuk kerucut pengalaman (cone of experience). Perjenjangan jenis-jenis pengalaman tersebut disusun sari yang konkret sampai yang abstrak (lihat bagan).[1]


lambang kata

lambang visual

gambar tetap, rekaman dan radio

gambar hidup

televisi

pameran dan museum

darmawisata

percontohan

pengalaman dramatisasi

pengalaman tiruan

pengalaman langsung dan bertujuan

kerucut pengalaman (Cone of Experience) dari Edgar Dale



Sebagaimana telah diuraikan, sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya. Dalam pengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam, yaitu:

Pertama, sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau dipergunakan untuk membantu belajar mengajar, biasa disebut Learning resources by design(sumber belajar yang dirancang). Misalnya buku, brosur, ensiklopedi, film, video, tape, slides, film strips, OHP. Semua perangkat keras ini memang secara sengaja dirancang guna kepentingan kegiatan pengajaran.

Kedua, sumber belajar yang dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar berupa segala macam sumber belajar yang ada disekeliling kita. Sumber belajar tersebut tidak dirancang untuk kepentingan tujuan suatu kegiatan pengajaran. Sumber belajar ini disebut learning resources by utilization. Misalnya pasar, toko, museum, tokoh masyarakat, dan sebagainya yang adanya di lingkungan sekitar seperti taman, gedung lembaga negara, dan lain-lain.



Teori-teori belajar dan komunikasi mempunyai implikasi yang luas dalam konteks pembelajaran, khususnya dalam aspek sumber belajar dan pendekatan pembelajaran dalam proses pendidikan. Implikasi ini semakin menjadi expensive dengan berkembang pesatnya teknologi komunikasi dan informatika, di samping karena masalah efisiensi yang menjadi tuntutan mutlak hampir dalam seluruh aspek kehidupan.

Membuat klasifikasi sumber belajar tidak mudah. Hal itu disebabkan oleh sulitnya membuat bekas yang tegas dan pasti tentang perbedaan atau ciri-ciri yang terdapat pada sumber-sumber belajar. Misalnya, kegiatan diskusi dapat diklasifikasikan ke dalam sumber belajar yang dirancang, namun dapat juga dimasukkan ke dalam klasifikasi sumber belajar yang dimanfaatkan, sebab kegiatan diskusi yang spontan dalam kegiatan pengajaran bisa terjadi tanpa direncanakan sebelumnya.

Pengklasifikasian yang dianggap klasik dari sumber belajar adalah pembagian menurut Edgar Dale (1954), terinci dalam kerucut pengalamannya. Pembagian itu mudah dipahami, menggambarkan berbagai sumber belajar dari tingkat yang paling kongkret ke tingkat yang paling abstrak, asal saja makna dari pengalaman diartikan sebagai sumber belajar, sekalipun banyak orang yang berpendapat bahwa pengalaman itu lebih luas daripada sumber belajar. Wallington (1970) dalam bukunya Job in Instructional Media Study, menyatakan bahwa peran utama sumber belajar adalah membawa atau menyalurkan stimulus dan informasi kepada siswa. Dengan demikian maka untuk mempermudah klasifikasi sumber belajar itu kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti “apa”, “di mana”, dan “bagaimana”. Pertanyaan-pertanyaan itu bisa dikembangkan lebih jauh, misalnya:

a. Apa jenis informasi yang akan disajikan itu?

b. Siapa yang melaksanakan penyajian informasi itu?

c. Bagaimana cara menyajikan?

d. Dimana informasi disajikan?

Pertanyaan-pertanyaan itu masih bisa dikembangkan lebih jauh lagi, misalnya: Apa yang dapat menyimpan informasi yang disajikan itu? Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan Wallington tersebut kemudian dapat disusun klasifikasi sumber belajar sebagai berikut:[2]


KLASIFIKASI PERTANYAAN

JENIS SUMBER BELAJAR


1. Apa yang disajikan?

2. Siapa yang menyajikan?

3. Bagaimana menyajikannya?

4. Dimana disajikan?

Pesan, berita, informasi

Manusia, materi pelajaran, alat

Teknik, metode, prosedur

Di tempat yang diatur




Pembagian lain yang mirip dengan klasifikasi tersebut di atas adalah yang dikemukakan oleh Donald. P. Ely (1963), hanya saja istilah yang dipakainya agak berbeda, misalnya:

a. Istilah people diganti dengan man sebagai pihak yang menyalurkan atau mentransmisikan pesan.

b. Media instrumentation diganti dengan materials dan devices sebagai bahan (software) dan perlengkapan (hardware).

c. Techniques diganti dengan methods sebagai cara atau metode yang dipakai dalam menyajikan informasi.

d. Environment diganti dengan Setting sebagai lingkungan tempat interaksi belajar-mengajar terjadi.

Dengan uraian dan pertanyaan tersebut maka sumber belajar akan menjadi lebih jelas. Sebagaimana dinyatakan oleh Torkleson (1965), sumber belajar itu demikian luasnya, bisa meliputi segala sesuatu yang dipergunakan untuk kepentingan pelajaran, yaitu segala apa yang ada di sekolah pada masa lalu. Sekarang, dan pada masa yang akan datang.

Klasifikasi lain dari sumber belajar sebagaimana telah disinggung ialah sumber belajar yang dirancang atau learning resources by design, yakni sumber belajar yang sengaja di rencanakan, disiapkan untuk tujuan pengajaran tertentu. Sedangkan jenis sumber belajar yang dimanfaatkan atau learning resources by utilization, yakni sumber belajar yang tidak direncanakan atau tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, tetapi langsung dipakai guna kepentingan pengajaran, diambil langsung dari dunia nyata. Kedua macam sumber belajar itu sama efektifnya, bergantung pada bagaimana pemanfaatannya dalam proses belajar mengajar.

Kedua macam sumber belajar itu sama-sama dapat digunakan dalam kegiatan instruksional karena keduanya memberikan kemudahan belajar kepada siswa. Pada bagan berikut dijelaskan klasifikasi sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang digunakan atau dimanfaatkan di dalam kegiatan pengajaran.[3]


JENIS SUMBER BELAJAR

PENGERTIAN

CONTOH


Dirancang

Dimanfaatkan


1. Pesan (Message)







2. Manusia (People)













3. Bahan (materials)







4. Peralatan (device)







5. Teknik/metode (technique)









6. Lingkungan (setting)

Informasi yang harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk ide, fakta, pengertian, data.

Orang yang menyimpan informasi atau menyalurkan informasi. Tidak termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar.

Sesuatu, biasa disebut media/software yang mengandung pesan untuk disajikan melalui pemakaian alat.

Sesuatu, bisa disebut media/hardware yang menyalurkan pesan untuk disajikan yang ada di dalam software.

Prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk menyampaikan pesan.

Situasi sekitar dimana pesan disalurkan/ditransmisikan.

Bahan-bahan pelajaran.







Guru, aktor, siswa, pembicara, pemain. Tidak termasuk teknisi, tim kurikulum.



Transparansi, film, slides, tape, buku, gambar, dan lain-lain.

OHP, proyektor slides, film, TV, kamera, papan tulis.



Ceramah, diskusi, sosiodrama, simulasi, kuliah, belajar mandiri.

Ruangan kelas, studio, perpustakaan, auditorium, aula.

Cerita rakyat, dongeng, nasihat.





Narasumber, pemuka masyarakat, pimpinan kantor, responden.





Relief, candi arca, peralatan teknik.



Generator, mesin, alat-alat, mobil.





Permainan, saresehan, percakapan biasa/spontan.



Taman. Kebun, pasar, museum toko.




Klasifikasi lain yang biasa dilakukan terhadap sumber belajar adalah sebagai berikut:

a. Sumber belajar tercetak: buku, majalah, brosur, koran, poster denah, ensiklopedi,, kamus, booklet, dan lain-lain.

b. Sumber belajar non cetak: film, slides, video, model, audiocassette, transparansi, realia, objek, dan lain-lain.

c. Sumber belajar yang berbentuk fasilitas: perpustakaan, ruangan belajar, carrel, studio, lapangan olahraga, dan lain-lain.

d. Sumber belajar berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan, dan lain-lain.

e. Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat: taman, terminal, pasar, toko, pabrik, museum, dan lain-lain.



B. Komponen dan Faktor dalam Sumber Belajar

1. Komponen dalam Sumber Belajar

Sumber belajar dapat dipandang sebagai suatu sistem karena merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terdapat komponen-komponen dan faktor-faktor yang berhubungan dan saling berpengaruh satu sama lainnya. Baik sumber belajar yang dirancang maupun sumber belajar yang digunakan, selalu dapat dipandang sebagai satu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Yang dimaksudkan dengan komponen adalah bagian-bagian yang selalu ada di dalam sumber belajar itu, dan bagian-bagian itu merupakan satu kesatuan yang sulit berdiri sendiri-sendiri sekalipun mungkin dapat dipergunakan secara terpisah.





Adapun komponen-komponen belajar dapat dibagi sebagai berikut:[4]

a. Tujuan, misi dan sumber belajar. Setiap sumber belajar selalu mempunyai tujuan atau misi yang akan dicapai, tujuan setiap sumber itu selalu ada, baik secara eksplisit maupun secara implisit, tujuan sangat dipengaruhi oleh sifat dan bentuk-bentuk sumber belajar itu sendiri.

b. Bentuk, format atau keadaan fisik sumber belajar. Wujud sumber belajar secara fisik satu dengan yang lain berbeda-beda, misalnya pusat pembelajaran berbeda dengan kantor bank, meskipun sama-sama memberi informasi perdagangan. Jadi keadaan fisik sumber belajar itu merupakan komponen penting.

c. Pesan yang dibawa oleh sumber belajar. Setiap sumber belajar selalu membawa pesan yang dapat dimanfaatkan oleh pemakaiannya. Komponen pesan merupakan informasi yang penting. Oleh sebab itu para pemakai sumber belajar hendaknya memperhatikan bagaimana isi pesan, antara lain: pesan harus sederhana, cukup jelas, lengkap, mudah dimaknai. Untuk itu diperlukan pengolahan yang sistematis.

d. Tingkat kesulitan atau kompleksitas pemakaian sumber belajar. Tingkat kompleksitas sumber belajar berkaitan dengan keadaan fisik dan pesan sumber belajar. Sejauh mana tingkat kompleksitas perlu diketahui adalah untuk menentukan apakah sumber belajar itu masih dapat dipergunakan mengingat waktu dan biaya yang terbatas dan lain sebagainya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Sumber Belajar

Berbagai faktor yang mempengaruhi sumber belajar perlu diketahui untuk memahami karakteristiknya agar pemanfaatannya dalam kegiatan pengajaran bisa optimal. Faktor tersebut antara lain:[5]

(1) Perkembangan Teknologi. Perkembangan teknologi yang amat cepat dewasa ini amat berpengaruh terhadap sumber belajar yang dipergunakan. Pada masa lampau jenis sumber belajar yang tidak dirancang banyak dipergunakan oleh guru, tetapi sekarang justru sumber belajar yang dirancang lebih banyak dimanfaatkan. Pengaruh teknologi bukan hanya terhadap bentuk dan jenis-jenis sumber belajar, melainkan juga terhadap komponen-komponen sumber belajar. Hal ini menjadi jelas pada sumber belajar yang dirancang. Misalnya, mula-mula kita melihat media visual gambar dalam bentuk film bisu. Dengan adanya penemuan-penemuan teknologi di bidang rekaman dan pengeras suara maka film, slides, film strips kemudian dilengkapi dengan suara. Pemanfaatan video malah lebih praktis dan mudah dihapus untuk dipergunakan kembali bila perlu. Demikian juga sumber belajar yang tidak dirancang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Untuk memanfaatkan kebun botani, wawancara dengan narasumber dapat dipergunakan teknik rekaman melalui fotografi, video, atau audio.

(2) Nilai-nilai budaya setempat. Sering ditemukan bahan yang diperlukan sebagai sumber belajar dipengaruhi oleh faktor budaya setempat, antara lain nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat.

(3) Keadaan ekonomi pada umumnya. Sumber belajar juga dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, baik secara makro maupun secara mikro.

(4) Keadaan pemakai. Pemakaian sumber belajar jelas memegang peranan penting karena pemakailah yang memanfaatkan sehingga dengan demikian sifat pemaki perlu diketahui. Keadaan dan sifat pemakai akan turut mempengaruhi sumber belajar yang dimanfaatkan; misalnya: berapa banyak jumlah pemakai sumber belajar itu, bagaimana latarbelakang dan pengalaman pemakai, bagaimana motivasi pemakai, apa tujuan pemakai memanfaatkan sumber belajar itu.

C. Pengertian Perpustakaan, Peranan dan Fungsinya

1. Pengertian Perpustakaan

Perkembangan perpustakaan saat ini menunjukkan bahwa perpustakaan bukan hanya merupakan tempat untuk menyimpan atau mengoleksi buku sebagai benda mati. Perpustakaan saat ini harus sebagai tempat yang disebut “the prevation of knowledge”. Artinya perpustakaan merupakan tempat untuk mengumpulkan, memelihara dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Secara khusus perpustakaan berfungsi sebagai tempat pengumpulan, pelestarian, pengelolaan, pemanfaatan, dan penyebarluasan informasi.

Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka, pustaka berarti buku, juga menimbulkan istilah turunan lain seperti bahan pustaka, pustakawan, kepustakaan, dan ilmu pengetahuan. Pustaka lebih dikenal manusia sejak tahun 500 M. Bahan-bahan itu disimpan, diolah dan disebarluaskan melalui sebuah pranata yang dibentuk khusus untuk keperluan itu yang disebut kepustakaan. Dalam perkembangannya tumbuh pula pranata lain yang kegiatannya mirip bahkan tumpang tindih dengan perpustakaan, antara lain dokumentasi dan arsip-arsip.

Buku memang dapat dikaitkan sebagai bahan utama perpustakaan, namun perpustakaan masa kini tidak sekedar pengelolaan buku saja, tapi masih pula mengelola bahan pustaka selain buku, seperti; video, microfilm, slide, kaset, barang cetak lainnya dan audio visual equipment.

Peranan perpustakaan selaku mata rantai kunci dalam proses belajar mengajar menjadikan salah satu bagian yang amat penting dari sekolah. Perpustakaan yang baik menyediakan sumber-sumber belajar yang terpusat, yang akan memenuhi dengan efisiensi kebutuhan-kebutuhan di setiap bagian pengajaran dan pelayanan di sekolah.



Dari kajian tentang kelengkapan perpustakaan yang pokok seperti tersebut di atas, maka pengertian perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu, untuk digunakan secara kontinu oleh pemakaiannya sebagai sumber informasi.[6]

2. Peranan Perpustakaan

Peranan perpustakaan paling utama adalah memberi informasi dari berbagai ilmu dan disiplin ilmu. Disamping itu pula perpustakaan juga berperan:[7]

a. Meningkatkan kecerdasan bangsa

Membaca adalah jendela ilmu pengetahuan. Dengan semakin banyak membaca, semakin bertambah pula wawasan dan cakrawala seseorang. Dengan demikian juga dapat meningkatkan kecerdasan seseorang yang rajin membaca dengan baik.

b. Memajukan perkembangan ilmu dan teknologi

Perpustakaan memberikan dorongan untuk membangun manusia yang mengikuti perkembangan pendidikan dan teknologi.

c. Melestarikan budaya bangsa

Budaya yang ada di negara kita, dan harus ditingkatkan adalah budaya membaca (salah satunya). Dan budaya-budaya lain demi kelestarian bangsa.

d. Kancah studi : memiliki pengetahuan

e. Kancah penelitian

f. Ajang konsultasi disiplin ilmu

Perpustakaan melayani masyarakat termasuk mahasiswa, dengan layanan yang memadai atau memuaskan. Jenis layanan perpustakaan menurut Beenham dan Morrison (1991):



1) Menyediakan fasilitas untuk pengembangan individu dan kelompok dari berbagai tingkat pendidik.

2) Memberikan pelayanan dan fase untuk memperoleh informasi

3) Sebagai pusat pengembangan kebudayaan

4) Sebagai pusat pengembangan hobi dan rekreasi

3. Fungsi perpustakaan

Secara umum fungsi perpustakaan adalah:[8]

a. Penyimpan

Perpustakaan bertugas menyimpan bahan perpustakaan yang diterimanya, contohnya perpustakaan nasional Republik Indonesia berfungsi menyimpan segala terbitan yang dihasilkan di Indonesia beserta terbitan tentang Indonesia yang diterbitkan di luar negeri.

b. Pendidikan

Perpustakaan berfungsi sebagai pusat bahan perpustakaan untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh pemakai perpustakaan.

c. Penelitian

Perpustakaan bertugas menyediakan bahan perpustakaan untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh pemakai perpustakaan.

d. Informasi

Perpustakaan menyediakan informasi bagi pemakai harap diketahui bahwa informasi ini sedikit lain dengan data bahan perpustakaan.

e. Kultural

Perpustakaan bertugas menyimpan hasanah budaya bangsa atau masyarakat tempat perpustakaan berada serta meningkatkan nilai dan apresiasi budaya dari masyarakat sekitar perpustakaan melalui penyediaan bahan bacaan.





D. Perpustakaan sebagai Proses Belajar Mengajar dan Pendidikan

Kita tidak mungkin berbicara tentang perpustakaan tanpa berbicara tentang buku. Kita tidak mungkin berbicara tentang buku tanpa berbicara tentang membaca.

Sayang terlalu sedikit usaha mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dengan mendahulukan dan merampungkan pertama-tama perpustakaan-nya. Padahal sudah diketahui, bahwa bersekolah, studi, tak dapat dilaksanakan tanpa buku. Oleh karena fasilitas buku-buku dan bahan-bahan studi lainnya lebih banyak pelajar maupun mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhannya itu dengan ukuran daya belinya, maka tampilah peranan perpustakaan.

Perpustakaan yang langsung memberikan segala servisnya guna kepentingan pendidikan dan peningkatan kecerdasan manusia. Pendeknya dalam abad modern ini, pendidikan dan pengetahuan maju dengan pesat. Oleh sebab itu perpustakaan pada suatu bangsa dan di lembaga-lembaga pendidikan adalah mutlak sangat dibutuhkan/memegang peranan penting.

Perpustakaan haruslah digunakan, haruslah dimanfaatkan sebanyak-banyaknya, semaksimal-maksimalnya. Karena buku-buku bukanlah hiasan.

Dari kenyataan-kenyataan ini mengundang perhatian kita semua untuk berusaha supaya peranan pendidikan perpustakaan dapat diaktifkan, dengan kata lain mencari jalan supaya buku-buku itu dapat dimanfaatkan untuk dibaca. Untuk itu ada beberapa jalan:[9]

Pertama, secara force

Kedua, secara persuasif

Keterangan :

- secara force, misalnya memberikan tugas-tugas bacaan halaman-halaman tertentu, bab-bab tertentu kepada pelajar-pelajar atau mahasiswa-mahasiswa, sehingga mereka mempunyai keperluan yang mendesak untuk mengunjungi perpustakaan. Tentu saja cara ini dibutuhkan adanya kerja sama dan pengertian yang baik antara petugas-petugas perpustakaan dengan para pengajar dan dosen-dosen.

Ini dapat pula dilakukan dari tingkat yang lebih tinggi, misalnya para pimpinan sekolah, universitas, menuangkan dalam bentuk requipments kepada teachers dan faculty members.

- Adapun cara Persuasive, bahwa perpustakaan, baik gedungnya ruangan-ruangannya, susunan shelves/rak hendaknya merupakan suatu tempat yang menarik. Mungkin berupa display buku-buku baru yang menonjol, di tengah-tengah meja baca, mungkin berupa buletin board yang memuat gambar-gambar yang bermutu pendidikan, mungkin lukisan-lukisan yang indah di dinding-dinding dan lain sebagainya.

Perpustakaan harus berusaha memancing minat orang untuk singgah. Tetapi, keberadaan perpustakaan khususnya di lingkungan sekolah masih kurang mendapat perhatian. Sementara itu dalam kurikulum tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyiratkan perlunya peningkatan peran perpustakaan sekolah sebagai penunjang kegiatan pembelajaran siswa dan guru. Berkaitan dengan sarana dan prasarana belajar siswa, dalam era industri, buku merupakan satu-satunya alat utama dan ruang kelas merupakan dunia belajar dan membelajarkan.

Secara umum perpustakaan sangat diperlukan dengan pertimbangan bahwa:

a) Perpustakaan merupakan sumber belajar

b) Merupakan salah satu komponen sistem instruksional

c) Sumber untuk menunjang kualitas pendidikan dan pengajaran

d) Sebagai laboratorium belajar, siswa dapat mempertajam dan memperluas kemampuan untuk membaca, menulis, berfikir dan berkomunikasi.

Menurut B.P Sitepu dalam Makalah Pusat Sumber Belajar (2009) menjelaskan bahwa dalam era informasi, pendidikan dianggap merupakan proses untuk maju secara berkesinambungan, belajar berdasarkan hasil, tes secara individu dengan penilaian yang berbasis kemampuan, perencanaan belajar yang personal, belajar kooperatif, belajar beraneka sumber, guru berfungsi sebagai pemandu atau fasilitator, pembelajaran yang bermakna berdasarkan penalaran dan pemecahan masalah, diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, dan menggunakan teknologi maju sebagai sarana utama dalam belajar dan membelajarkan. Sehingga melalui penyediaan perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar. Perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan, dimana bersama-sama dengan komponen pendidikan lainnya turut menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran. Melalui perpustakaan siswa dapat mendidik dirinya secara berkesinambungan.[10]



E. Kendala-kendala dalam Pengelolaan Perpustakaan

Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan perpustakaan adalah koleksi yang kurang lengkap dan kurang menarik, pustakawan yang kurang profesional, fasilitas yang tidak memadai dan masyarakat yang belum mengetahui tentang keberadaan perpustakaan dan manfaat dari perpustakaan.[11]

Cara mengatasi kendala tersebut yaitu dengan penyediaan buku kebutuhan siswa untuk memenuhi keinginan peserta didik dalam hal pengadaan koleksi, pengiriman pegawai dan karyawan untuk mengikuti kegiatan seminar dan pelatihan yang berhubungan dengan perpustakaan serta penambahan dan perluasan gedung di masa yang akan datang, dan melakukan kegiatan promosi yang lebih efektif kepada masyarakat (jika pada lingkungan masyarakat)







IV. ANALISIS

Belajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.

Edgar Dale berpendapat bahwa pengalaman yang dapat memberikan sumber belajar diklasifikasikan menurut jenjang berbentuk kerucut pengalaman (cone of experience) dari yang konkret sampai yang abstrak

lambang kata

lambang visual

gambar tetap, rekaman dan radio

gambar hidup

televisi

pameran dan museum

darmawisata

percontohan

pengalaman dramatisasi

pengalaman tiruan

pengalaman langsung dan bertujuan

kerucut pengalaman (Cone of Experience) dari Edgar Dale



Jadi, sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam sumber belajarnya. Pengembangan sumber belajar terdiri dari 2 macam yaitu sumber belajar yang dirancang dan sumber belajar yang dimanfaatkan. Jenis-jenis sumber belajar dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu pesan, manusia, bahan, peralatan, teknik / metode dan lingkungan.





Adapun komponen-komponen belajar dapat dibagi sebagai berikut:

a. Tujuan, misi dan sumber belajar

b. Bentuk, format atau keadaan fisik sumber belajar.



V. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagaimana yang diuraikan oleh Edgar Dale, bahwa sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya. Sumber belajar dibagi menjadi 2; sumber belajar yang dirancang dan sumber belajar yang tidak direncanakan. Dari kedua sumber belajar tersebut dapat diklasifikasikan jenis-jenisnya yaitu pesan, manusia, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan.

Komponen dai sumber belajar mencakup: tujuan, misi dan fungsi sumber belajar, bentuk dan format, pesan yang dibawa sumber belajar, dan tingkat kesulitan. Faktor yang mempengaruhi sumber belajar diantaranya perkembangan teknologi, nilai budaya setempat, dan lain-lain.

Selanjutnya, pengertian perpustakaan dapat disimpulkan yaitu suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu.

Bahwa dalam lingkungan sekolah, kegiatan belajar perlu didukung oleh sarana yang memadai, salah satunya perpustakaan sekolah, berfungsi sebagai sumber belajar siswa. Sebagai sumber belajar, perpustakaan sekolah dapat berjalan dengan baik, bila didukung oleh beberapa hal seperti: pengembangan koleksi yang sesuai, penguatan kelembagaan, pelayanan, penyediaan sarana dan prasarana, serta program promosi. Bila hal ini ditangani dengan baik dan memadai akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan sangat diperlukan kebijakan-kebijakan dari pihak sekolah, guru dan pengelola perpustakaan maupun pihak-pihak yang terkait untuk memberikan motivasi adanya pengembangan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar.

VI. PENUTUP

Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi saya dan bagi pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan untuk pembuatan makalah selanjutnya.























































DAFTAR PUSTAKA



Basuki,, Sulistyo, Pengantar Bumi Perpustakaan, Jakarta: Universitas Terbuka, 1993



Soedibyo,Noerhayati, Pengelolaan Perpustakaan, Bandung: Alumni, 1987



Sudjana, Nana, dan Rivai, Ahmad, Teknologi Pengajaran, Bandung: CV Sinar Baru Algensindo, 2003



Syukur, Fatah, Teknologi Pendidikan, Semarang: Rasail Media Group, 2008

http://www.klubguru.com/2.view.php/2009/10/14



pustaka.uns.ac.id/2010/10/15






[1] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensido, cet 4, 2003). Hlm 76-77


[2] Ibid, hlm 78-79


[3] Ibid, hlm 80


[4] Fatah Syukkur, Teknologi Pendidikan (Semarang: Rasail Media Group, cet 1, 2008 hlm 96)


[5] Nana Sudjana dan Ahmad Rifai. Op Cit. hlm 83


[6] Sulistyo Basuki, Pengantar Bumi Perpustakaan (Universitas Terbuka, 1993), hlm 1


[7] Fatah Syukur. Op Cit. hlm 97


[8] Ibid. hlm 98-100


[9] Noerhayati Soedibyo, Pengelolaan Perpustakaan, Jilid 1 (Bandung: Alumni, 1987)


[10] http://www.klubguru.com/2.view.php/2009/10/14


[11] Pustaka.uns.ac.id/2010/10/15

12 komentar:

  1. mengenai perpustakaan untuk tingkat MTS & MA sepertinya kok cuma buat pajangan aja gimana tuh...............?

    BalasHapus
  2. iya,bettul mbak roudloh,,,perpustakan di tingkat sekolah menengah hamya dibuat pajangan.

    BalasHapus
  3. menurut saya perpustakaan adalah sumber yg baik,tetapi lingkungan sangat menentukan...

    BalasHapus
  4. sebenarnya tinggal orangnya, dalam hal ini adalah para civitas akademik atau pendidikan......., mw sebagus atw slengkap apapun suatu perpustkaan tiadak akan efektif tanpa penghuni yang tidak lain adalah para civitas pendidikan itu sndri...

    BalasHapus
  5. selain untuk sistem pengajaran, apakah ada yang laen dari perpustakaan itu sendiri ????

    BalasHapus
  6. ketika koleksi perpus kuragg legkap,sdagkan dana tidak ada,menrut anda pa yg hrus qt lakukan.... ??

    BalasHapus
  7. makalahe diringkas dikit bu ustadjah

    BalasHapus
  8. o.k baguz...baguz... ya sudahlah...matur tengkyu

    BalasHapus
  9. bagaimana menurut ismah tentnag perpust dikampus kita?????khususson kampus 2....

    BalasHapus
  10. misbah:
    tidak bisa apa mis.....????

    BalasHapus
  11. bagaimana caranya agar kita bisa rajin keperpussssssss?

    BalasHapus